. multinese
Posted by Amatullah

Featured Post Slider

Featured Content Slider Using JQuery. Both of these examples use the featured Slider pretty much “out of the box”. Sure the design was heavily altered to fit the job, but the actual functionality wasn’t altered in any way. I recently had the calling to build a “featured content area”.

Featured Post Slider Using JQuery
Posted by Amatullah

Interface Tabber Tab

Saat ini tabber tab mulai banyak terkenal dalam dunia desain web. Banyak situs yang menggunakan tabber tab dan mengisinya dengan berbagai konten untuk menghemat ruang halaman web site. Diantara yang banyak saya lihat menggunakan tabber tab untuk kategori recent post, comments dan random posts adalah template atau theme wordpress.

Tab View Slide
Posted by Amatullah

Tabel Kode Warna

Untuk mengedit atau mendesain blog kita pasti butuh referensi kode warna. Untuk itu terkadang kita harus bolak balik situs yang memiliki postingan tabel kode warna, capek nggak? Mungkin kalau capek tidak ya, tapi pernah kah terlintas dibenak sobat bagaimana cara menampilkan tabel code warna tersebut dalam postingan atau pada elemen blog kita (Sebagai gadget githu)?

tab view sederhana

Senin, 12 April 2010

Tips For Outdoor Activities

Kegiatan di alam bebas apa yang anda pilih? Berikut ini beberapa tips untuk 3 kegiatan Alam bebas yang paling popular dilakukan.

•Biking

1.Bahan bakar
Tubuh kita akan mengeluarkan energi yang cukup besar selama bersepeda. Jadi jangan sungkan-sungkan untuk tetap memenuhi kebutuhan kalori tubuh dengan minuman dan makanan ringan selama beraktivitas , walaupun untuk perjalanan yang terlalu panjang sekalipun. Jika bersepeda lebih dari 90 menit , berhentilah untuk menikmati snack setiap 15-20 menit. Agar praktis Anda bisa membawa biscuit,buah berkalori tinggi seperti pisang,ataupun roti.jangan lupa membawa minum juga untuk mencegah dehidrasi karena kekurangan cairan.

2.Pakaian
Cuaca yang sedikit berangin mungkin membuat anda berpikir untuk menggunakan jaket,tapi jangan lupa ,ketika mulai mengayuh,tubuh akan menghangat dengan sendirinya.Cobalah untuk mengenakan beberapa lapis pakaian,jadi disesuaikan dengan kondisi tubuh anda kemusian.

3.Perhatikan Kondisi Tubuh.
Jika anda baru mulai bersepeda,tahan dulu ambisi untuk mencapai jarak tertentu.mulailah dengan jarak-jarak pendek dan kemudian meningkat perlahan.
4. Jangan lupa untuk memeriksa sepeda anda dengan seksama, terutama bagian ban dan remnya. Pastikan semua bagian berfungsi dengan baik dan tidak mengganggu perkalanan anda nanti.

•Camping
1. Tenda.
Pilihan tenda sangat ditentukan oleh dimana dan bagaimana tenda tersebut akan dipergunakan.Contohnya tenda dome besar bersifat kuat dan tahan cuaca yang tidak menentu. Sedangkan tenda keluarga memberikan kenyamanan dan ventilasi yang baik. Pertimbangkan juga bahan tenda tersebut. Tenda berbahan polyester maupun menahan sinar ultraviolet matahari sehingga sangat tepat sipilih bila anda berencana berkemah dalam jangka waktu cukup lama. Sedangkan tenda yang terbuat dari bahan nylon biasanya lebih ringan dan gampang dibawa kemana-mana.

2.Tempat berkemah
Ada berbagai alternative tempat berkemah yang bisa dijadikan pilihan , seperti misalnya tempat berkemah yang dibuka untuk umum. Biasanya lokasi ini sudah dilengkapi dengan fasilitas toilet , walaupun seadanya. Jika ingin sedikit bereksperimen , anda juga bisa berkemah di tempat lain yang cukup aman. Pastikan lokasinya tidak terlalu jauh dengan sumber air,sungai dan sebagainya. Jangan mendirikan tenda di bawah dahan atau pohon besar. Bila ada angin besar , mungkin saja dahan tersebut akan jatuh dan menimpa tenda anda.

•Hiking
1.Mulailah perlahan-lahan, lalu secara bertahap tingkatkan kecepatan dan jarak tempuh anda .
2.Air, jangan sampai lupa untuk membawa.
3.Jangan meninggalkan sampah di perjalanan. Selalu bawa kembali sisa-sisa makanan / minuman anda. Coba juga untuk membantu membersihkan peninggalan hiker terdahulu.
4.Jika melakukan hiking dengan group, pertimbangkan kemampuan semua anggota group tersebut. Coba survey lokasi hiking terlebih dahulu.
5.Pergunakan sepatu yang nyaman. Nikmat tidaknya perjalanan anda akan sangat tergantung pada kaki-kaki anda.
6.Tas akan sangat berguna ketika hiking, jadi pilihlah yang cukup diisi dengan barang-barang kebutuhan anda, terutama air minum,sunglasses,snack,kompas,peta dan obat-obatan.

Sabtu, 27 Maret 2010

Taman Sari ( water castle )

Taman Sari berarti taman yang indah. Sekitar 10 menit jalan kaki dari Istana Sultan baratdaya. Dibangun oleh Sultan Hamengku bowono I tahun 1757. Dibangun dengan menggabungkan gaya Potugisa dan Jawa. Taman Sari dahulu kala merupakan taman air yang indah dan mutakhir.Area antara tenggara taman sampai perempatan kota disebut Kampung Segaran yang dahulu kala terisi dengan air. Area ini sekarang dinamakan Suryoputran. Segaran berasal dari bahasa jawa yang berarti laut buatan. Setiap Sultan mengunjungi taman, Beliau kesana dengan mendayung perahu melewati jembatan gantung yang disebut Kreteg Gantung yang terletak didepan gerbangistana,wilayah utara atau selatan Kemandungan.

Reruntuhan dari gedung yang berhubungan dengan jembatan gantung masih dapat dilihat sampai sekarang. Disamping transportasi air ada juga jalan keluar bawah tanah atau lorong dari Kraton Yogyakarta leading menuju salah satu bangunan taman yang dinamakan Pasarean Ledok Sari. Taman sari dahulu selain dijadikan tempat bersantai dan hiburan juga merupakan tetapi juga merupakan sistem pertahanan yang unik. Sementara air tidak hanya untuk memperindah taman tetapi juga sebagai senjata rahasia menghindari bahaya. Ketika musuh menyerang, Sultan dan keluarganya melarikan diri melalui terowongan bawah tanah. Ketika semuanya sudah berada di tempat aman, Gerbang air akan terbuka dan Air akan membanjiri musuh hingga tenggelam.

Letak:

Tamansari pada awalnya menempati area seluas 12.600 m 2. Area ini membentang dengan megahnya di sebalah barat Kraton Yogyakarta. Tamansari memiliki 57bangunan sebelum rusak terkena gempa pada tahun 1867. Tamansari terletak di desa Taman.
Sejarah Tamansari
Sejarah tentang penbangunan tamansari ini ada 2 versi. Versi pertama tentang datangnya orang “tiban”, sedangkan versi kedua menurut catatan yang kini tersimpan di Kraton Yogyakarta dan Surakarta.

versi pertama :

Semasa Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat dibawah pimpinan Sri Sultan HB II, terdapat berita tentang adanya orang “tiban” di daerah Mancingan ( pantai selatan Yogyakarta ). Orang “tiban” mempunyai arti yaitu orang asing yang tanpa diketahui asal – usulnya dan secara tiba – tiba muncul di daerah tersebut. Penduduk Mancingan kemudian membawa orang “tiban” tersebut kepada Sri Sultan HB II untuk diserahkan. Orang “tiban” tersebut lama kelamaan mampu berkomunikasi dengan bahasa Jawa setelah mengabdi di Kraton. Sewaktu diminta keterangan, orang “tiban” mengatakan bahwa ia berasal dari negeri Portugis. Di Portugis, ia bekerja sebagai kepala pembuatan

Bangunan:


Mengetahui hal tersebut, Sri Sultan HB II memerintahkan untuk membangun benteng. Setelah pembangunan benteng selesai, Sri Sultan HB II merasa puas dengan hasilnya. Kemudian orang “tiban” diberi anugrah yaitu sebuah jabatan sebagai demang. Orang “tiban” diperintahkan kembali untuk membangun pesanggrahan tamansari, yang tentu saja menunjukkan arsitektur Portugis.
Cerita ini didukung oleh P. J. Veth dalam buku Java – jilid III yang menyatakan : “ De overlevering zegt dat het ontwerpen werd door een Spaansch of Portugeesch ingenieur die als schipsbreukeling op het zuiderstrand was geworpen, maar het echt Javaansch karakter van het gebouw schijnt daarmede in strijd”.
Artinya :
“ Dari pengumpulan data mengatakan bahwa perencanaannya (tamansari) dilakukan oleh seorang Insinyur Spanyol atau Portugis, sebagai korban dari musibah kerusakkan kapalnya dan yang dihempaskan di pantai selatan, tetapi dari corak bangunan yang benar- benar Jawa, nampaknya bertentangan “.
Dalam buku Java – jilid III ini juga menyebutkan bahwa tamansari dibangun pada saat pimpinan Kraton Yogyakarta adalah Sri Sultan HB II.

versi kedua :

Setiap kabupaten harus menyampaikan pajak daerah. Pajak tersebut diserahkan 2 kali dalam setahun yaitu setiap bulan Ramadhan dan bulan Rabiulawal. Ketentuan pajak ini kini tersimpan dalam catatan di Kraton Yogyakarta dan Surakarta.
Dilain pihak, Raden Rangga Prawirasentika yang menjabat sebagai bupati Madiun tidak sanggup untuk membayar pajak 2 kali setahun. Kemudian Sri Sultan menggantinya dengan memerintahkan untuk membuat gamelan sekaten, tandu, dan tamansari. Perintah tersebut disanggupi oleh bupati Madiun tersebut. Gamelan sekaten dan tandu diselesaikan dengan baik, kecuali tamansari. Raden Rangga Prawirasentika merasa pembuatan tamansari lebih berat daripada pajak. Sri Sultan kemudian meneruskan pembangunan tamansari dengan memerintahkan KPH Natakusuma.
Selesainya pembangunan tamansari diberi tanda sengkalan memet yang berbunyi : Lajering Kembang Sinesep Peksi “. Mempunyai makna tahun 1691 S.

Filosofi Tamansari:

Tamansari merupakan taman air yang pada dasarnya untuk bercengkerama dan rekreasi. Bila ditelaah lebih dalam, sebenarnya tamansari bukan tempat untuk bersenang – senang saja. Hal ini ditinjau dari adanya bangunan untuk prajurit mengawasi keamanan dari serangan musuh. Lingkungan tamansari juga tidak meninggalkan ungkapan bahasa Jawa yang berbunyi : “ Sajroning among suko, tan tinggal duga lan prayoga “. Yang artinya : “ Sewaktu orang bersuka ria, seyogyanya tidak boleh lengah akan datangnya mara bahaya, jadi harus selalu waspada “.
Dari telaah lebih dalamyang disertai bukti tersebut, dapatlah diketahui bahwa Sri Sultan tidak meninggalkan sifat keprajuritannya dimanapun dan kapanpun beliau berada.

Fungsi Tamansari:

Sri Sultan sangat berkenan dengan tamansari sehingga beliau sering berada di tamansari selama 2 atau 3 bulan dengan embawa serta permaisuri, putra – putri, saudara, dan abdi dalem. Tamansari juga memiliki tata tertib yang tidak jauh beda dengan tata tertib kraton. Saat berada di tamansari para abdi dalem, putra mahkota, dan pejabat lainnya menjalankan tugasnya masing – masing. Dapat dikatakan pula, tamnsari juga berfungsi sebagai istana.
Pada zaman sekarang, tamansari memiliki fungsi ganda. Selain sebagai pesanggrahan, tamansari juga digunakan untuk acara – acara public. Acara – acara tersebut tentu saja harus meminta izin terlebih dahulu kepada pihak kraton.

Pemugaran Tamansari:

Area seluas 12 hektar ini mengalami perubahan pada tahun 1867 karena gempa dan 57 bangunannya mengalami kerusakan. Dahulu juga ada 18 kebun dan tanaman yang berbeda. Bahan cat bukan dari yiyit lagi, warnanyapun tidak mirip pada zaman dahulu. Waktu rehabilitasi, bangunan- bangunan di Tamansari diusahakan untuk kembali ke bentuk asli walau bahan-bahan yang digunakan tidak seperti dahulu. Di sebagian bangunan, lantai sudah diganti dengan keramik merah dan diberi daun pintu baru.
Akibat gempa 27 Mei 206, bangunan menara di sebelah timur deretan bangunan penutup ventilasi kini keadaannya sudah hancur. Bahkan puing-puing bangunan jatuh di rumah warga. Bangunan bawah tanah juga rusak. Atas bantuan UNESCO, atap bangunan bawah tanah yang rusak ditutup dengan atap plastic dan bangunan lain yang hampir roboh ditopang dengan besi. Sangat disayangkan, sebagian besar bangunan rusak karena gempa dan banyak bagian tamansari menjadi perkampungan penduduk.

Sejarah Kesultanan Yogyakarta (History Sultan Palace

Berdirinya Kota Yogyakarta diawali dari adanya Perjanjian Gianti pada Tanggal 13 Februari 1755 yang ditandatangani Kompeni Belanda di bawah tanda tangan Gubernur Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jendral Jacob Mossel. Isi Perjanjian: Negara Mataram dibagi dua : Setengah menjadi Hak Kerajaan Surakarta, sisanya menjadi Hak Pangeran Mangkubumi. Dalam perjanjian itu Pangeran Mangkubumi diakui menjadi Raja atas setengah daerah Pedalaman Kerajaan Jawa dengan Gelar Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alega Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah. Daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya adalah Mataram (Yogyakarta), Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede dan ditambah daerah mancanegara yaitu: Madiun, Magetan, Cirebon, Separuh Pacitan, Kartosuro, Kalangbret, Tulungagung, Mojokerto, Bojonegoro, Ngawen, Sela, Kuwu, Wonosari, Grobogan.
Selesai Perjanjian Pembagian Daerah itu, Pengeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I menetapkan bahwa Daerah Mataram yang ada di dalam kekuasaannya itu diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dan beribukota di Ngayogyakarta (Yogyakarta). Ketetapan ini diumumkan tanggal 13 Maret 1755. Tempat yang dipilih menjadi ibukota dan pusat pemerintahan ini ialah Hutan yang disebut Beringin, dimana telah ada sebuah desa kecil bernama Pachetokan, disana terdapat suatu pesanggrahan dinamai Garjitowati, yang dibuat oleh Susuhunan Paku Buwono II dulu dan namanya kemudian diubah menjadi Ayodya. Setelah penetapan diatas diumumkan, Sultan Hamengku Buwono segera memerintahkan kepada rakyat membabad hutan tadi untuk didirikan Kraton. Sebelum Kraton jadi, Sultan Hamengku Buwono I berkenan menempati pasanggrahan Ambarketawang daerah Gamping, yang tengah dikerjakan juga. Menempatinya pesanggrahan tersebut resminya pada tanggal 9 Oktober 1755. Dari tempat inilah beliau mengawasi dan mengatur pembangunan kraton yang sedang dikerjakan.
Setahun kemudian Sultan Hamengku Buwono I berkenan memasuki Istana Baru sebagai peresmiannya. Dengan demikian berdirilah Kota Yogyakarta atau dengan nama utuhnya ialah Negari Ngayogyakarta Hadiningrat. Pesanggrahan Ambarketawang ditinggalkan oleh Sultan Hamengku Buwono untuk berpindah menetap di Kraton yang baru. Peresmian terjadi Tanggal 7 Oktober 1756. Kota Yogyakarta dibangun pada tahun 1755, bersamaan dengan dibangunnya Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I di Hutan Beringin, suatu kawasan diantara sungai Winongo dan sungai Code dimana lokasi tersebut nampak strategi menurut segi pertahanan keamanan pada waktu itu.
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII menerima piagam pengangkatan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi DIY dari Presiden RI, selanjutnya pada tanggal 5 September 1945 beliau mengeluarkan amanat yang menyatakan bahwa daerah Kesultanan dan daerah Pakualaman merupakan Daerah Istimewa yang menjadi bagian dari Republik Indonesia menurut pasal 18 UUD 1945. Dan pada tanggal 30 Oktober 1945, beliau mengeluarkan amanat kedua yang menyatakan bahwa pelaksanaan Pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta akan dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII bersama-sama Badan Pekerja Komite Nasional. Meskipun Kota Yogyakarta baik yang menjadi bagian dari Kesultanan maupun yang menjadi bagian dari Pakualaman telah dapat membentuk suatu DPR Kota dan Dewan Pemerintahan Kota yang dipimpin oleh kedua Bupati Kota Kasultanan dan Pakualaman, tetapi Kota Yogyakarta belum menjadi Kota Praja atau Kota Otonom, sebab kekuasaan otonomi yang meliputi berbagai bidang pemerintahan massih tetap berada di tangan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kota Yogyakarta yang meliputi daerah Kasultanan dan Pakualaman baru menjadi Kota Praja atau Kota Otonomi dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1947, dalam pasal I menyatakan bahwa Kabupaten Kota Yogyakarta yang meliputi wilayah Kasultanan dan Pakualaman serta beberapa daerah dari Kabupaten Bantul yang sekarang menjadi Kecamatan Kotagede dan Umbulharjo ditetapkan sebagai daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Daerah tersebut dinamakan Haminte Kota Yogyakaarta. Untuk melaksanakan otonomi tersebut Walikota pertama yang dijabat oleh Ir.Moh Enoh mengalami kesulitan karena wilayah tersebut masih merupakan bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan statusnya belum dilepas. Hal itu semakin nyata dengan adanya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, di mana Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Tingkat I dan Kotapraja Yogyakarta sebagai Tingkat II yang menjadi bagian Daerah Istimewa Yogyakarta. Selanjutnya Walikota kedua dijabat oleh Mr.Soedarisman Poerwokusumo yang kedudukannya juga sebagai Badan Pemerintah Harian serta merangkap menjadi Pimpinan Legislatif yang pada waktu itu bernama DPR-GR dengan anggota 25 orang. DPRD Kota Yogyakarta baru dibentuk pada tanggal 5 Mei 1958 dengan anggota 20 orang sebagai hasil Pemilu 1955.
Dengan kembali ke UUD 1945 melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 diganti dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, tugas Kepala Daerah dan DPRD dipisahkan dan dibentuk Wakil Kepala Daerah dan badan Pemerintah Harian serta sebutan Kota Praja diganti Kotamadya Yogyakarta. Atas dasar Tap MPRS Nomor XXI/MPRS/1966 dikeluarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Berdasarkan Undang-undang tersebut, DIY merupakan Propinsi dan juga Daerah Tingkat I yang dipimpin oleh Kepala Daerah dengan sebutan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta dan Wakil Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta yang tidak terikat oleh ketentuan masa jabatan, syarat dan cara pengankatan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah lainnya, khususnya bagi beliau Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII. Sedangkan Kotamadya Yogyakarta merupakan daerah Tingkat II yang dipimpin oleh Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II dimana terikat oleh ketentuan masa jabatan, syarat dan cara pengangkatan bagi kepala Daerah Tingkat II seperti yang lain.
Seiring dengan bergulirnya era reformasi, tuntutan untuk menyelenggarakan pemerintahan di daerah secara otonom semakin mengemuka, maka keluar Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur kewenangan Daerah menyelenggarakan otonomi daerah secara luas,nyata dan bertanggung jawab. Sesuai UU ini maka sebutan untuk Kotamadya Dati II Yogyakarta diubah menjadi Kota Yogyakarta sedangkan untuk pemerintahannya disebut Pemerintahan Kota Yogyakarta dengan Walikota Yogyakarta sebagai Kepala Daerahnya.

Sabtu, 20 Maret 2010

Gate Way Yogyakarta

Kota jogja saat ini berkembang pesat,tidak hanya sebagai kota pelajar dam tujuan wisata.Berbagai pusat pertokoan dan peumahan mewah dibangun dalam waktu yang hamper bersamaan.Seiring dengan perkembangan pesat tersebut,jogja berharap dapat meningkatkan kunjungan pelajar ,mahasiswa ,investor,hingga wisatawan.Hal ini tidak lepas dari keberadaan sarana transportasi yang memadaisehingga jogja mudah diakses oleh masyarakat luar jogja maupun internasional.
Untuk transportasi udara,tersedia Bandara Adi Sucipto.sedangkan transportasi darat ,dapat menggunakan kereta api yang berpusat di Stasiun Tugu atau menggunakan Bus antar kota yang dapat dijumpai di Terminal Giwangan.Keberadaan tempat-tempat itulah yang berperan besar sebagai Gerbang Masuk Kota Jogja.
Menyusuri ketiga tempat gerbang masuk masuk kota jogja tersebut ternyata menyimpan pesona menarik tersendiri.Masing-masing tempat memiliki keunikan struktur bangunan dan sejarah yang berbeda.

1.Bandara Adisutjipto

Bila memasuki jogja lewat jalur udara,Bandara Adisutjipto menjadi tempat yang ditiju.Saat ini bandara Adisutjipto melayani penerbangan kedatangan maupun tujuan domestic ke sejumblah kota besar di Indonesia.Begitupun untuk penerbangan internasional,Bandara Adisutjipto memiliki fasilitas yang dapat disinggai oleh penerbangan internasional.Tetapi untuk penerbangan untuk tujuan internasional secara langsung,tampaknya tidak tersedia lagi,walaupun beberapa waktu lalu sempat melayani rute enerbangan langsung kesingapura dan kualalumpur.
Bandara Adisutjipto seluas 88.690m2 ini awalnya bernama Bandara Udara Meguwo.Beberapa tahun setelah persistiwa tertembaknya pesawat Dakota VT-CLA milik indinesia pada 29 juli 1947 oleh pesawat pemburu P-40 Kitty Hawk milik belanda ketika akan mendarat dibandara ini,Bandara Udara Meguwo berganti menjadi Bandara Adisutjipto.ini untuk mengenang komodor muda Adisutjipto,awak pesawat yang tewas dalam serangan itu. Selain Adisutjipto,awak pesawat lain yang tewas adalah Abdurahman Saleh dan Adi Simarmo yang namanya juga diabadikan menjadi nama bandara.
Tiba di bandara ini,anda akan disambut pesona arsitektur JAWA. Ada dua buah patung yang terletak dikanan dan kiri.kemudian atap yang berbentuk limasan yang ditopang empat buah tiang.Dan bangunan lainnya adalah gapura masuk kawasan bandara berwarna hijau yang tinggi dan lebar dengan bagian atas berbentuk lengkung bertuliskan “Adisutjipto International Airport”.

2.Stasiun Tugu

Menjejakkan kaki pertama kali di stasiun Tugu,anda diajak mengenang kemasa Kolonial Belanda,karena memang bangunan stasiun ini merupakan peninggalan Belanda,sehingga detil bangunan,eksterior hingga interior merupakan arsitektur BELANDA. Stasiun yang beroperasi sejak 2 mei 1887 ini awalnya digunakan sebagai transit kereta pengangkut hasil bumi dan perkebunan di Jawa,Sumatera,Kalimantan,dan Sulawesi.Kemudian mulai 1 februari 1905,stasiun ini mulai digunakan untuk transit kereta penumpang.
Kini stasiun tugu menjadi salah satu stasiun terbesar di Indonesia,dengan rute perjalanan melayani kedatangan dan keberangkatan ke kota-kota besar di jawa seperti Jakarta,Surabaya,Bandung,Malang,dan Solo.Ada beberapa jenis kereta api dan waktu keberangkatan menuju daerah tersebut dan anda memiliki banyank pilihan.dan bila anda memiliki waktu senggang disore hari ,silahkan menikmati pesona menarik diantara jalur 4 dan 6.Arahkan pandangan kematahari terbenam.Perpaduan antara rel-rel kereta yang semakin jauh dan tampk seperti garis-garis yang menuju satu titik dengan langit menjadi pemandangan senja yang indah.

3.Terminal Giwangan

Setelah melewati perjalanan menggunakan bus menuju jogja,Anda akan sampai di Terminal Giwangan,yang merupakan terminal terminal tipe A terbesar di Indonesia.
Sebagai pengganti , terminal ini dapat menutupi kelemahan terminal sebelumnya.Selain lebih luas dan besar, terminal ini juga memiliki fasilitas yang lengkap. Ada subway untuk penurunan penumpang,parker bus antar kota dan dalam kota yang terpisah,kios jajanan dan oleh-oleh, tempat agen-agen perjalanan dan ruang tunggu nyaman dan tempat ibadah.
Satu obyek wisata yang bias dijangkau dengan cepat dari terminal ini adalah pusat Kerajinan Perak Kotagede. Untuk menuju kesana ,anda bisa memanfaatkan Becak atau Andong sehingga lebih nyaman dalam menikmati perjalan.

Candi Borobudur Di Atas Bukit Menoreh


Diskription Dan Sejarah Candi Borobudur.


Candi Borobudur merupakan candi Budha, terletak di desa Borobudur kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, keturunan Wangsa Syailendra. Nama Borobudur merupakan gabungan dari kata Bara dan Budur. Bara dari bahasa Sansekerta berarti kompleks candi atau biara. Sedangkan Budur berasal dari kata Beduhur yang berarti di atas, dengan demikian Borobudur berarti Biara di atas bukit. Sementara menurut sumber lain berarti sebuah gunung yang berteras-teras (budhara), sementara sumber lainnya mengatakan Borobudur berarti biara yang terletak di tempat tinggi.
Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat, berukuran 123 x 123 meter. Tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan. Candi Budha ini memiliki 1460 relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Enam tingkat paling bawah berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di atasnya berbentuk lingkaran dan satu tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha yang menghadap ke arah barat.
Setiap tingkatan melambangkan tahapan kehidupan manusia. Sesuai mahzab Budha Mahayana, setiap orang yang ingin mencapai tingkat sebagai Budha mesti melalui setiap tingkatan kehidupan tersebut.

•Kamadhatu, bagian dasar Borobudur, melambangkan manusia yang masih terikat nafsu.
•Rupadhatu, empat tingkat di atasnya, melambangkan manusia yang telah dapat membebaskan diri dari nafsu namun masih terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat tersebut, patung Budha diletakkan terbuka.
•Arupadhatu, tiga tingkat di atasnya dimana Budha diletakkan di dalam stupa yang berlubang-lubang. Melambangkan manusia yang telah terbebas dari nafsu, rupa, dan bentuk.
•Arupa, bagian paling atas yang melambangkan nirwana, tempat Budha bersemayam.
Setiap tingkatan memiliki relief-relief yang akan terbaca secara runtut berjalan searah jarum jam (arah kiri dari pintu masuk candi). Pada reliefnya Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang sangat melegenda, bermacam-macam isi ceritanya, antara lain ada relief-relief tentang wiracarita Ramayana, ada pula relief-relief cerita jātaka. Selain itu, terdapat pula relief yang menggambarkan kondisi masyarakat saat itu. Misalnya, relief tentang aktivitas petani yang mencerminkan tentang kemajuan sistem pertanian saat itu dan relief kapal layar merupakan representasi dari kemajuan pelayaran yang waktu itu berpusat di Bergotta (Semarang).
Keseluruhan relief yang ada di candi Borobudur mencerminkan ajaran sang Budha. Seorang budhis asal India bernama Atisha, pada abad ke 10, pernah berkunjung ke candi yang dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 4 abad sebelum Katedral Agung di Eropa ini. Berkat mengunjungi Borobudur dan berbekal naskah ajaran Budha dari Serlingpa (salah satu raja Kerajaan Sriwijaya), Atisha mampu mengembangkan ajaran Budha. Ia menjadi kepala biara Vikramasila dan mengajari orang Tibet tentang cara mempraktekkan Dharma. Enam naskah dari Serlingpa pun diringkas menjadi sebuah inti ajaran disebut “The Lamp for the Path to Enlightenment” atau yang lebih dikenal dengan nama Bodhipathapradipa.
Salah satu pertanyaan yang kini belum terjawab tentang Borobudur adalah bagaimana kondisi sekitar candi ketika dibangun dan mengapa candi itu ditemukan dalam keadaan terkubur. Beberapa mengatakan Borobudur awalnya berdiri dikelilingii rawa kemudian terpendam karena letusan Merapi. Hal tersebut berdasarkan prasasti Kalkutta bertuliskan ‘Amawa’ berarti lautan susu. Kata itu yang kemudian diartikan sebagai lahar Merapi, kemungkinan Borobudur tertimbun lahar dingin Merapi. Desa-desa sekitar Borobudur, seperti Karanganyar dan Wanurejo terdapat aktivitas warga membuat kerajinan. Selain itu, puncak watu Kendil merupakan tempat ideal untuk memandang panorama Borobudur dari atas. Gempa 27 Mei 2006 lalu tidak berdampak sama sekali pada Borobudur sehingga bangunan candi tersebut masih dapat dikunjungi.
Sekitar tiga ratus tahun lampau, tempat candi ini berada masih berupa hutan belukar yang oleh penduduk sekitarnya disebut Redi Borobudur. Untuk pertama kalinya, nama Borobudur diketahui dari naskah Negarakertagama karya Mpu Prapanca pada tahun 1365 Masehi, disebutkan tentang biara di Budur. Kemudian pada Naskah Babad Tanah Jawi (1709-1710) ada berita tentang Mas Dana, seorang pemberontak terhadap Raja Paku Buwono I, yang tertangkap di Redi Borobudur dan dijatuhi hukuman mati. Kemudian pada tahun 1758, tercetus berita tentang seorang pangeran dari Yogyakarta, yakni Pangeran Monconagoro, yang berminat melihat arca seorang ksatria yang terkurung dalam sangkar.
Pada tahun 1814, Thomas Stamford Raffles mendapat berita dari bawahannya tentang adanya bukit yang dipenuhi dengan batu-batu berukir. Berdasarkan berita itu Raffles mengutus Cornelius, seorang pengagum seni dan sejarah, untuk membersihkan bukit itu. Setelah dibersihkan selama dua bulan dengan bantuan 200 orang penduduk, bangunan candi semakin jelas dan pemugaran dilanjutkan pada 1825. Pada 1834, Residen Kedu membersihkan candi lagi, dan tahun 1842 stupa candi ditinjau untuk penelitian lebih lanjut.

NamaBorobudur

Mengenai nama Borobudur sendiri banyak ahli purbakala yang menafsirkannya, di antaranya Prof. Dr. Poerbotjoroko menerangkan bahwa kata Borobudur berasal dari dua kata Bhoro dan Budur. Bhoro berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti bihara atau asrama, sedangkan kata Budur merujuk pada kata yang berasal dari Bali Beduhur yang berarti di atas. Pendapat ini dikuatkan oleh Prof. Dr. WF. Stutterheim yang berpendapat bahwa Borobudur berarti Bihara di atas sebuah bukit.
Prof. JG. De Casparis mendasarkan pada Prasasti Karang Tengah yang menyebutkan tahun pendirian bangunan ini, yaitu Tahun Sangkala: rasa sagara kstidhara, atau tahun Caka 746 (824 Masehi), atau pada masa Wangsa Syailendra yang mengagungkan Dewa Indra. Dalam prasasti didapatlah nama Bhumisambharabhudhara yang berarti tempat pemujaan para nenek moyang bagi arwah-arwah leluhurnya. Bagaimana pergeseran kata itu terjadi menjadi Borobudur? Hal ini terjadi karena faktor pengucapan masyarakat setempat.

Pembangunan Candi Borobudur

Candi Borobudur dibuat pada masa Wangsa Syailendra yang Buddhis di bawah kepemimpinan Raja Samarotthungga. Arsitektur yang menciptakan candi, berdasarkan tuturan masyarakat bernama Gunadharma. Pembangunan candi itu selesai pada tahun 847 M. Menurut prasasti Kulrak (784M) pembuatan candi ini dibantu oleh seorang guru dari Ghandadwipa (Bengalore) bernama Kumaragacya yang sangat dihormati, dan seorang pangeran dari Kashmir bernama Visvawarman sebagai penasihat yang ahli dalam ajaran Buddis Tantra Vajrayana. Pembangunan candi ini dimulai pada masa Maha Raja Dananjaya yang bergelar Sri Sanggramadananjaya, dilanjutkan oleh putranya, Samarotthungga, dan oleh cucu perempuannya, Dyah Ayu Pramodhawardhani.
Sebelum dipugar, Candi Borobudur hanya berupa reruntuhan seperti halnya artefak-artefak candi yang baru ditemukan. Pemugaran selanjutnya oleh Cornelius pada masa Raffles maupun Residen Hatmann, setelah itu periode selanjutnya dilakukan pada 1907-1911 oleh Theodorus van Erp yang membangun kembali susunan bentuk candi dari reruntuhan karena dimakan zaman sampai kepada bentuk sekarang. Van Erp sebetulnya seorang ahli teknik bangunan Genie Militer dengan pangkat letnan satu, tetapi kemudian tertarik untuk meneliti dan mempelajari seluk-beluk Candi Borobudur, mulai falsafahnya sampai kepada ajaran-ajaran yang dikandungnya. Untuk itu dia mencoba melakukan studi banding selama beberapa tahun di India. Ia juga pergi ke Sri Langka untuk melihat susunan bangunan puncak stupa Sanchi di Kandy, sampai akhirnya van Erp menemukan bentuk Candi Borobudur. Sedangkan mengenai landasan falsafah dan agamanya ditemukan oleh Stutterheim dan NJ. Krom, yakni tentang ajaran Buddha Dharma dengan aliran Mahayana-Yogacara dan ada kecenderungan pula bercampur dengan aliran Tantrayana-Vajrayana.
Penelitian terhadap susunan bangunan candi dan falsafah yang dibawanya tentunya membutuhkan waktu yang tidak sedikit, apalagi kalau dihubung-hubungkan dengan bangunan-bangunan candi lainnya yang masih satu rumpun. Seperti halnya antara Candi Borobudur dengan Candi Pawon dan Candi Mendut yang secara geografis berada pada satu jalur.

Materi Candi Borobudur

Candi Borobudur merupakan candi terbesar kedua setelah Candi Ankor Wat di Kamboja. Luas bangunan Candi Borobudur 15.129 m2 yang tersusun dari 55.000 m3 batu, dari 2 juta potongan batu-batuan. Ukuran batu rata-rata 25 cm X 10 cm X 15 cm. Panjang potongan batu secara keseluruhan 500 km dengan berat keseluruhan batu 1,3 juta ton. Dinding-dinding Candi Borobudur dikelilingi oleh gambar-gambar atau relief yang merupakan satu rangkaian cerita yang terususun dalam 1.460 panel. Panjang panel masing-masing 2 meter. Jika rangkaian relief itu dibentangkan maka kurang lebih panjang relief seluruhnya 3 km. Jumlah tingkat ada sepuluh, tingkat 1-6 berbentuk bujur sangkar, sedangkan tingkat 7-10 berbentuk bundar. Arca yang terdapat di seluruh bangunan candi berjumlah 504 buah. Tinggi candi dari permukaan tanah sampai ujung stupa induk dulunya 42 meter, namun sekarang tinggal 34,5 meter setelah tersambar petir.
Menurut hasil penyelidikan seorang antropolog-etnolog Austria, Robert von Heine Geldern, nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengenal tata budaya pada zaman Neolithic dan Megalithic yang berasal dari Vietnam Selatan dan Kamboja. Pada zaman Megalithic itu nenek moyang bangsa Indonesia membuat makam leluhurnya sekaligus tempat pemujaan berupa bangunan piramida bersusun, semakin ke atas semakin kecil. Salah satunya yang ditemukan di Lebak Sibedug Leuwiliang Bogor Jawa Barat. Bangunan serupa juga terdapat di Candi Sukuh di dekat Solo, juga Candi Borobudur. Kalau kita lihat dari kejauhan, Borobudur akan tampak seperti susunan bangunan berundak atau semacam piramida dan sebuah stupa. Berbeda dengan piramida raksasa di Mesir dan Piramida Teotihuacan di Meksiko Candi Borobudur merupakan versi lain bangunan piramida. Piramida Borobudur berupa kepunden berundak yang tidak akan ditemukan di daerah dan negara manapun, termasuk di India. Hal tersebut merupakan salah satu kelebihan Candi Borobudur yang merupakan kekhasan arsitektur Budhis di Indonesia.

Misteri seputar Candi Borobudur

Sampai saat ini ada beberapa hal yang masih menjadi bahan misteri seputar berdirinya Candi Borobudur, misalnya dalam hal susunan batu, cara mengangkut batu dari daerah asal sampai ke tempat tujuan, apakah batu-batu itu sudah dalam ukuran yang dikehendaki atau masih berupa bentuk asli batu gunung, berapa lama proses pemotongan batu-batu itu sampai pada ukuran yang dikehendaki, bagaimana cara menaikan batu-batu itu dari dasar halaman candi sampai ke puncak, alat derek apakah yang dipergunakan?. Gambar relief, apakah batu-batu itu sesudah bergambar lalu dipasang, atau batu dalam keadaan polos baru dipahat untuk digambar. Dan mulai dari bagian mana gambar itu dipahat, dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas? masih banyak lagi misteri yang belum terungkap secara ilmiah, terutama tentang ruang yang ditemukan pada stupa induk candi dan patung Budha, di pusat atau zenith candi dalam stupa terbesar, diduga dulu ada sebuah patung penggambaran Adibuddha yang tidak sempurna yang hingga kini masih menjadi misteri.

Kronologis Penemuan dan pemugaran Borobudur

•1814 – Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur. Raffles memerintahkan H.C. Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan, berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.
•1873 – monografi pertama tentang candi diterbitkan.
•1900 – pemerintahan Hindia Belanda menetapkan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.
•1907 – Theodoor van Erp memimpin pemugaran hingga tahun 1911.
•1926 – Borobudur dipugar kembali, tapi terhenti pada tahun 1940 akibat krisis malaise dan Perang Dunia II.
•1956 – pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO. Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk meneliti sebab-sebab kerusakan Borobudur.
•1963 – pemerintah Indonesia mengeluarkan surat keputusan untuk memugar Borobudur, tapi berantakan setelah terjadi peristiwa G-30-S.
•1968 – pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju untuk memberi bantuan untuk menyelamatkan Borobudur.
•1971 – pemerintah Indonesia membentuk badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
•1972 – International Consultative Committee dibentuk dengan melibatkan berbagai negara dan Roosseno sebagai ketuanya. Komite yang disponsori UNESCO menyediakan 5 juta dolar Amerika Serikat dari biaya pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat. Sisanya ditanggung Indonesia.
•10 Agustus 1973 – Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran selesai pada tahun 1984
•21 Januari 1985 – terjadi serangan bom yang merusakkan beberapa stupa pada candi Borobudur yang kemudian segera diperbaiki kembali.

Pesona Dan Sejarah Wisata Candi-Candi Alternatif

Jika menyimak sejarah kerajaan-kerajaan di bumi nusantara ini yang kemudian wilayah kekuasaanya menjadi embrio dari wilayah kesatuan republik Indonesia yang kita cintai,maka ada beberapa tahapan perioderisasi kerajaan-kerajaan nusantara tersebut:
1.Antara tahun 0 – 600 M, dikenal sebagai Kerajaan Hindu Budha Pra Mataram.
2.Antara tahun 600 – 1500, dikenal sebagai Kerajaan Hindu Budha.
3.Antara tahun 1500 M – sekarang dikenal sebagai Kerajaan Islam.
Pemaparan diatas akan menjelaskan obyek wisata traveling yang akan kita telusuri,yaitu candi-candi peninggalan masa kerajaan Hindu dan Budha antara abad ke-6 dan abad ke-10.Adalah suatu kerajaan yang berkuasa diselatan Jawa Tengah,yaitu Kerajaan Mataram kuno yang terdiri dari dua dinasti,yakni dinasti sanjaya dan dinasti syailendra.Dinasti Sanjaya yang bercorak Hindu didirikan oleh sanjaya pada tahun 732 M.Sedangkan,Dinasti Syailendra yang bercorak Budha Mahayana didirikan oleh Bhanu pada tahun 752 M.
Candi-Candi Tersebut Adalah:
1.Candi Kalasan

Candi kalasan terletak di Desa kalibening,Tirtomartani,Kalasan,Seleman,hanya berjarak 50 M dari sisi selatan jalan raya jogja solo KM 14.Candi kalasan merupakan candi yang bercorak Budha peninggalan kerajaan mataram kuno yang tertua.Menariknya,candi yang dibangun pada tahun 778 M ini didirikan oleh Rakai Panangkaran dari dinasti Sanjaya yang beragama Hindu .candi ini merupakaan penghargaan atas perkawinan Raja Pancapana dari dinasti sanjaya dengan Dyah Pramudya Wardani dari dinasti syailendra.

Candi kalasan berdiri diatas batu bujur sangkar dengan panjang 45 m dan tinggi 34 m, terdiri dari sebuah ruang utama dan 3 ruang pendukung. Pintu masuk utama candi berada di sisi timur.Dalam bilik utama candi terdapat singasana berbentuk singa yang berdiri diatas punggung gajah. Pada sisi luar tubuh candi terdapat relung- relung yang berhiaskan relief arca Boddhisatwa dalam pasisi berdiri dan memegang bunga teratai. Selain itu disetiap sisi pintu masuk candi dijumpai hiasan makara.

Atap candi berbentuk segi delapan terdiri atas tiga tingkat.Tingkat pertama dihiyas dengan arca Boddhisatwa yang duduk diatas Patmasana. Atap tingkat dua dihiyas dengan arca Dhyani Budha yang diapit Boddhisatwa. Pada atap tingkat tiga terdapat relung untuk Dyani Buddha.Pada bagian perbatasan tubuh candi dengan atap candi terdapat hiasan bunga makhluk kayangan berbadan kerdil,(Gana).

2.Candi Sambisari


Candi sambisari terletak di desa sambisari,purwomartani,kalasan sleman,berjarak 3 km dari tepi sebelah utara jalan raya Jogja- Solo.
Candi sambisari merupakan candi Hindu dari abad ke 10 dan diperkirakan dibangun oleh seorang raja dari dinasti Sanjaya. Bentuknya cukup mungil,terdiri dari candi induk berukuran 13,65 m x 13,65 m, tinngi 7,8 m, menghadap ke barat.Candi induk ini tidak mempunyai kaki candi yang sebenarnya.Hanya bertumpu pada alas sekaligus berfungsi sebagai kaki candi. Didepan candi induk terdapat 3 buah candi perwara berukuran 5 x 5 m sebagai pembatas candi,terdapat 8 buah lingga patok yang tersebar disetiap arah mata angin.

Tannga naik candi induk di sisi barat diapit oleh sayap tangga yang pada ujung bawahnya dihiasi dengan makara dan pada pintu masuk terdapat dua relung untuk dewa penjaga pintu,yaitu Mahakala dan Nandiswara. Relung-relung sebagai tempat arca-arca juga terdapat pada sisi luar candi induk. Relung di sisi utara candi ditempati oleh Dewi Durga,sisi timur oleh Ganesa,dan Agastya di sisi selatan. Sedang pada bagian dalam candi induk terdapat Yoni dengan hiasan naga pada bagian ceratnya sebuah lingga diatasnya.

3. Candi Ijo

Daya tarik candi ijo adalah terutama karena letaknya yang paling tinggi diantara candi-candi peninggalan kerajaan mataram kuno lainnya,yaitu sekitar 410 m diatas pemukaan laut . Candi ijo dibangun sekitar abad ke- 9, di sebuah bukit yang dikenal dengan Bukit Hijau atau Gumuk Ijo di daerah Prambanan,Klaten.

Ragam bentuk seni rupa dijumpai sejak pintu masuk bangunan candi yang terdiri sebuah candi utama dan tiga candi perwara.Tepat diatas pintu masuk candi utama terdapat makara dengan motif kepala ganda dan beberapa atributnya.Di dalam bilik candi utama terdapat Lingga-Yoni yang melambangkan Dewa Civa dan Parwati,sehingga candi ini adalah candi Hindu beraliran Civa.

Rabu, 17 Maret 2010

Indonesian Kitchen

The culinary heritage of a Ming princess

Among those who have bequeathed a culinary legacy to indonesia kitchen was Princess Ong Tien of the Ming dinasty.If you pass cirebon on your way to central java,then spare a moment of thought for her,the beautiful princess of the time of ming and daughter of the then reigning Emperor of china.The princess was sent as a gift to the mighty king in cerebon of the time,sunan gunung jati,who married her and made herhis fifth wife.
The poor princess : The marriage was childless and,although surrounded by about 100 courtiers,she still felt very lonely.To assuage her homesickness,she prepare authentic food from her country,whith the assistance of those loyal to her.
In a way,though ,she had plenty to be happy about,becouse the region of cirebon,a city on the north coast of west java,had seafood golore.Large shirmp ,crabs and many other kinds of crustceans and varieties of fish and saefood were ready to use for delicious dishes. Cirebon had long been famous port of call for ocean-going vessels from Portugal,China and Holland;sailors were always happy to drop anchor in cirebon.

Moreover,The Princess must have had a say in the palace kitchens becouse many cirebon dishes to today have a distinctly Chinese influence.Take ,for instance,the popular dish Cap Cay,which is a stir-fry of various vegetables.
In other parth of indonesia,cap cay is made whith vagetables ''ad random'',or just a bit of cabbage,carrots,leek and garlic plus shallots.But no Cirebon hausewife whould make it thus.
''cap'' explined a lady we met,shoping at one of Cirebon's popular shoping centers, mean ''10''.So ''cap cay'' has to be made whith 10 different main ingredients,such as carrots,baby corn,cabage,or pak choy,Chinese cabage,cauliflower,broccoli,clud ear mushroom,mung been sprouts,and hypyo(fish intestines made into s cracker).


The princess must have given the authentic recipe to the people of Cirebon ,because all these vegetable are still grown in the city arounds.

As a member of Sultan gunung jati’s court, the princess was very honored .many people still visit the gunung jati cemetery to seek the blessing of sunan gunung jati and those who want to be specially successful in trade go to the gate leading to the grave of the ming princess .

On aspecial day ,once in every 35 days,on the Jum’at Kliwon day according to Javanese customs,special prayer are made to seek the blessing of the Chinese princess.

To Cirebon, the sea has been given a living.Many products of prime quality have been used as trade items and even as tributes.Even the name Cirebon is connected to the sea: ‘’ci’’ mean waters (sea ,river) and ‘’rebon’’ mean small shrimp ( saltwater shrimp ).

Cirebon is also a place for spotted crab.If you drive along the coastal road,you’ll come across many vendors of spotted crab,offering their wares in baskets. Fresh,they say ,giving suggestion how to cook them.For those interested,the Indonesian mean for spotted crab is ,rajungan. Another famous delicacy,at least for adventurous gourmets ,is the ati hiu or shark liver.

Cirebon’s special is is shark liver cut into tiny pieces,then spiced and wrapped in banana leaves. After being grilled over charcoals, the hot stuff is served with steamed white rice .For those less brave ,there is red and white snapper and tengiri,Spanish mackerel.If you want to dine the local way ,ask for botok laut made from the above fish.

Though Cirebon is a coastal area, it does have agrikcultural regions. There fore meat also plays a part in everyday Cirebon dishes. One of the famous fruits is the Kawista; the fruit flesh is pressed to a refreshing drink.

The princess must have suffered from cirebon’s hot climate , she created drinks from local fruits such as kawista and mango .Kawista trees are typical of Java’s north coast area .The fruit has a dominating sourish and a rather fermented flavor so is usually mostly made into syrup.There are two varieties, feronta Limonia and feroniella Lucida.As t he latter has many pips,it is not used as much as the former.

But according to the cirebonese,you have not tasted Cirebon at all if you haven’t tasted the typical rice dish of the region: Nasi Lenko.It doesn’t look very pretty ,but it has a very distinctive flavor,because a portion of white steamed rice,sliced tofu and tempeh,pickled cucumber and raw bean sprouts are added,topped with a hot sambal consisting of pounded chilies ,terasi (shrimp paste),palm sugar ,onions,garlic,vinegar,soy souce and crushed peanut.This dish,our Cirebon hostess explained,combines sea and land.

Another Cirebon dish is sate kalong. Though kalong mean ‘’bat’’,the satay is definitely not made from bat’s meat ; rather ,it is grilled skewered water buffalo meat cut in thin slice after be ing marinated in coriander. So do try a taste of Cirebonand discover the culinary heritage of Princess Ong Tien.

Here a recipe for cap cay Curuban (the original name for Cirebon).Finely slice 250 g carrot, 150 g baby corn, 200 g Chinese cabbage , 200 g pak choy and 200 g cabbage. Prepeare 200 g cauliflower and 200 g broccoli. Slice 250 g meatballs. Fry 2 hypyo (Cirebon fish intestine crackers) untilcrispy , then soak in 300 ml hot water for 15 minutes;drain. Finely slice 4 shallots, 3 cloves garlic and 20 g ginger in fine slice. Stir-fry these in 3 tbsp oil untilaromatic. Add meatballs,carrot and baby corn and add water;let it came to the boil. Add the rest of vegetable, 50 g black mushroom, and 100 g bean sprouts, crackers and 1 tsp salt, 1 tsp pepper and 1 tsp sesame oil.Continue cooking until done but not to soft.


 

Daftar Blog Saya

Pengikut

© 2009 Free Blogger Template powered by Blogger.com | Designed by Amatullah |Template Design